Derivat asam
karboksilat merupakan turunan asam karboksilat, dimana ditinjau dari
strukturnya senyawa yang diperoleh dari hasil pergantian gugus –OH dalam rumus
struktur RCOOH oleh gugus –NH2, -OR, atau –OOCR. Semua turunan asam karboksilat mempunyai
gugus fungsi asil (RCO-) atau aril (ArCO-) dan bila dihidrolisis menghasilkan
asam karboksilat. Oleh karena itu adanya gugus karbonik menyebabkan turunan
asam karboksilat bersifat polar, dan kepolaran ini yang berpengaruh terhadap
sifat-sifat yang ada pada turunan asam karboksilat.
Asam pada larutan memiliki kesetimbangan sebagai berikut:
Maksud dari asam organik merupakan asam lemah adalah karena
ionisasi sangat tidak lengkap.
Ionisasi dari
gugus karboksil menghasilkan ion karboksilat yang muatan negatifnya tersebar merata di antara
kedua atom oksigen mengalami resonansi. Karenanya panjang keduai katan karbon-oksigen dalam ion ini sama yaitu 1,27
A° suatu nilai antara panjang ikatan C=0 dan C–0 yang masing-masing adalah 1,21 dan 1,41 A°.
Ion karboksilat yang terbentuk
distabilkan oleh resonansi ini, hal inilah yang menyebabkan besarnyakecenderungan asam asetat terionisasi membentuk ion asetet dengan melepaskan proton, sebagai
indikasi sifat keasaman asam karboksilat.
Gejala inilah yang membedakan antara asam etanoat dengan etanol. Etanol tidak mudah mengalami ionisasi agar dapat melepas suatu proton
jadi asam, karena ion etoksida yang
terbentuk tidak stabil, tidak dapat
beresonansi. Muatan negatifnya terlokalisir hanya pada oksigen, sehingga tidak
stabil
Substituen terikat pada gugus asil sangat mempengaruhi
reaktivitas senyawa karbonil. Senyawa karbonil dapat dibagi menjadi dua kelas. Kelas I senyawa karbonil adalah mereka di mana gugus asil terikat ke atom atau grup yang dapat digantikan oleh kelompok lain (mempunyai Leaving Group). Contohnya adalah asam
karboksilat, asil halida, asam anhidrida, ester, dan amida. Semua senyawa ini mengandung grup (-OH,
-Cl, -Br, -O(CO)R, -OR, -NH2, -NHR, atau –NR2) atau yang dapat diganti oleh nukleofil. Asil halida, asam anhidrida, ester, dan
amida semua disebut turunan asam karboksilat
karena mereka berbeda dari asam karboksilat hanya pada gugus menggantikan gugus
OH asam karboksilat.
Kelas II
senyawa karbonil adalah gugus asil terikat pada gugus yang tidak dapat segera
digantikan oleh gugus lain, contohnya aldehida dan keton. –H dan alkil atau
aril (-R atau –Ar) dari aldehida
dan keton tidak
dapat digantikan oleh nukleofil.
Kemungkinan gugus digantikan
oleh gugus lain tergantung
pada kebasaan relatif
dari kedua gugus. Semakin
lemah kebasaan suatu gugus,
kemampuan untuk
pergi lebih baik. Basa lemah adalah
gugus pergi yang baik
karena basa lemah tidak
bisa berbagi elektron mereka seperti
yang dilakukan oleh basa kuat. Semakin rendah nilai pKa, berarti semakin asam dan makin lemah basa
konjugasinya.
Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang lemah bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil levat efek resonansi. Ion halida adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat. Oleh karena itu, asil halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat lainnya.
Asil halida merupakan asam kuat, itu terlihat dari subtituen yang mengikat gugus asil adalah Cl, Cl merupakan basa konjugasi bersifat basa lemah (lebih elektronegatif). Dapat terlihat bahwa dari asil halida, anhidrida asam, ester, as.karboksilat sampai ke amida sifat keasamannya pun menjadi turun karena subtituen yang mengikat gugus asil sifat nya dari basa lemah menjadi basa kuat. Contohnya amida merupakan basa kuat dan dapat menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil lewat efek resonansi sehingga dalam turunan asam karboksilat amida memiliki sifat asam lemah.
Pada konversi asil klorida menjadi esterm nukleofilik alkohol menyerang karbon karbonil pada asil klorida. Karena gugus eter terprotonoasi adalah asam kuat, maka intermediet tetrahedral kehilangan protonnya. Ion klorida keluar dari intermediet tetrahedral terprotonasi karena ion klorida adalah basa lebih lemah dibanding ion alkoksida.
Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang lemah bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil levat efek resonansi. Ion halida adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat. Oleh karena itu, asil halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat lainnya.
Asil halida merupakan asam kuat, itu terlihat dari subtituen yang mengikat gugus asil adalah Cl, Cl merupakan basa konjugasi bersifat basa lemah (lebih elektronegatif). Dapat terlihat bahwa dari asil halida, anhidrida asam, ester, as.karboksilat sampai ke amida sifat keasamannya pun menjadi turun karena subtituen yang mengikat gugus asil sifat nya dari basa lemah menjadi basa kuat. Contohnya amida merupakan basa kuat dan dapat menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil lewat efek resonansi sehingga dalam turunan asam karboksilat amida memiliki sifat asam lemah.
Pada konversi asil klorida menjadi esterm nukleofilik alkohol menyerang karbon karbonil pada asil klorida. Karena gugus eter terprotonoasi adalah asam kuat, maka intermediet tetrahedral kehilangan protonnya. Ion klorida keluar dari intermediet tetrahedral terprotonasi karena ion klorida adalah basa lebih lemah dibanding ion alkoksida.